12.8.09

Entrepreneur Organik Beredar


Buku Entrepreneur Organik adalah sebuah  kisah nyata perjalanan hidup seorang Ulama dari kaki Gunung Patuha dalam memperjuangkan kaum tani meraih kesejahteraan melalui agribisnis. Ia seorang entrepreneur, tetapi bukan entrepreneur murni yang mengejar kekayaan pribadi, juga bukan seorang entrepreneur sosial yang semata mendermakan sebagian kekayaannya untuk orang lain. Ia adalah Entrepreneur Organik; seorang pelaku usaha
yang mampu memimpin rakyat melalui perjuangan bersama dalam tiga hal sekaligus,  yakni pemberdayaan, pendidikan dan ekonomi. Lebih 30 tahun berjuang, kini Fuad menjadi salahsatu manusia unik di Indonesia. Siapapun patut belajar darinya.
Atas usaha keras pribadi itulah saya nekad menulis panjang buku ini. Selama tiga bulan lebih bolak-balik ke kawasan Rancabali Bandung, meneliti semampunya, mewancarai puluhan petani dan bergaul akrab dalam situasi-situasi terpenting kehidupan kaum tani. Jalan hidup Fuad Affandi yang mengambil tarekat sayuriah sebagai gerakan untuk meraih kesejahteraan kaum tani buat saya adalah sebuah prestasi yang memang layak dituliskan. Oleh karena itulah saya berharap kita semua bisa belajar dari perjuangan KH Fuad. Bagi saya, Hidup adalah proses dan proses terbaik adalah pembelajaran. Belajar dari kenyataan adalah sesuatu yang penting. Tetapi memang tidak setiap orang punya waktu untuk melakukan studi lapangan langsung. Hadirnya buku ini tak lain untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran bagi siapa saja yang menginginkan.
Mengapa Fuad Affandi yang harus ditulis panjang lebar?
Barangkali dalam blog ini memang perlu sedikit saya jelaskan. Sebagaimana yang saya tuangkan dalam mukadimah buku ini saya punya alasan bahwa fakta lapangan sangat kuat mendorong saya untuk menulis sosok Fuad Affandi. Alasan ini bisa kita terima manakala kita ajukan beberapa pertanyaan sebagai berikut: Apakah sebuah kehidupan kaum tani bisa maju tanpa sebuah pergerakan dengan mesin organisasi yang baik? Kita bisa meragukan hal ini. Pasalnya di mana-mana kehidupan pertanian di Indonesia sulit untuk maju.  Kaum tani, terutama golongan buruh tani di Indonesia bukan golongan berdaya, melainkan golongan marjinal yang terbelakang dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi.
Barangkali karena dorongan investasi?
Bisa jadi. Tetapi pada galibnya, investor hanya memainkan peranan terbatas untuk kepentingan usaha pribadinya. Kalaupun dampak dari kegiatan usaha investasi kaum borjuasi kota, biasanya kaum tani tetap tak berdaya.
Apakah karena kemajuan agribisnis ini disebabkan peranan Pemerintah?
Untuk makhluk yang satu ini sebaiknya kita abaikan saja. Kita sudah tahu watak dan karakter mereka. Di Rancabali, peranan itu tak juga muncul, kecuali hanya sedikit, sangat sedikit dan itupun setelah pertanian di Rancabali sudah mengalami kemajuan terlebih dahulu,-barulah kemudian pemerintah masuk memberikan sedikit insentif pengembangan.
Kalau begitu pasti kelompok tani. Ini benar adanya. Dari lima organisasi tani di kawasan itu memang telah menjadi bukti bagaimana kemajuan itu diraih. Namun harus diperhatikan bahwa organisasi itu sendiri hanyalah alat atau kendaraan. Di Indonesia, di setiap kawasan pertanian banyak organisasi dan koperasi yang memiliki visi misi yang jelas, namun tetap saja tak berjalan sesuai harapan.
Dari sinilah kita melihat bagaimana pun juga soal kepemimpinan dalam sebuah pergerakan sangat menentukan kemajuan kaum tani secara gotong-royong. Seharusnya memang kemajuan itu didapat dari kepemimpinan politik, atau dalam istilah cendekiawan asal Italia, Antonio Gramscy,  digerakkan oleh intelektual organik. Biasanya intelektual organik ini muncul dari tokoh pergerakan sosial dan politik dan hanya sedikit yang berlatar belakang agama. Sayangnya kenyataan itu tak terjadi. Yang justru bergerak ialah seorang agamawan. Kepeduliannya yang tinggi terhadap perbaikan nasib ekonomi rakyat membuat sosok Fuad Affandi lebih pas disebut sebagai Entrepreneur Organik; yakni seorang wirausahawan yang memproses usaha ekonomi bersama masyarakat.
Dari perjuangan ekonomi inilah kemudian Fuad membuktikan kebutuhan spiritual dalam bidang pendidikan, sosial, agama dan budaya berkembang pesat. Pendek kata, dari kehidupan yang kurang beradab menjadi lebih beradab. Selamat membaca. Harapan saya, semoga buku bisa bermanfaat. Segenap kekurangan akan saya perbaiki bersama penerbit pada edisi selanjutnya. Terimakasih kepada semua yang telah berkontribusi pada proses buku ini sampai berhasil terbit dan beredar luas. (faiz manshur)

5 komentar:

zulfan mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
zulfan mengatakan...

menarik bung.....buku yg jarang ditulis dengan model seperti anda. saya duga akan laris dipasaran...selain isi, model penulisan anda memang baik enak dibaca....

siti zaenab mengatakan...

yang saya nikmati dari buku itu ternyata apa yang disebut santri adalah mereka golongan terpelajar yang mampu menyerap ilmu pengetahuan secara mendalam dan meluas tidak sekadar menerima apa yang didapat dari bangku pendidikan formal baik pesantren maupun sekolahan/universitas. Saya kemudian menyerapnya bahwa dalam mencari ilmu mesti ada etos prinsipil untuk meraihnya, yaitu dengan sesadar-sadarnya menerima keterbukaan. Krn itu tidak heran sekalipun Bapak Fuad tidak mengenyam bangku sekolah formal bahkan saat di pesantren pun hanya status kiai kelana kini menjadi tokoh pluralis dan diterapkan secara baik, bergaul lintas agama dan tidak cupet.

nizar kiar mengatakan...

sudah dapat bung. Makasih infonya.Menarik! lanjutkan!

Pupuk Organik Harapan Tani mengatakan...

Ass.wr.wb.
Salam Kenal, senang rasanya mengenal anda.

Posting Komentar

Entrepreneur Organik

Foto saya
Buku Entrepreneur Organik adalah sebuah kisah nyata perjalanan hidup seorang Ulama dari kaki Gunung Patuha dalam memperjuangkan kesejahteraan kaum tani meraih melalui agribisnis. Ia seorang entrepreneur, tetapi bukan entrepreneur murni yang mengejar kekayaan pribadi, juga bukan seorang entrepreneur sosial yang semata mendermakan sebagian kekayaannya untuk orang lain. Ia adalah Entrepreneur Organik; seorang pelaku usaha yang mampu memimpin rakyat melalui perjuangan bersama dalam tiga hal sekaligus, yakni pemberdayaan, pendidikan dan ekonomi. Lebih 30 tahun berjuang, kini Fuad menjadi salahsatu manusia unik di Indonesia. Siapapun patut belajar darinya.