Acara
seminar bedah buku Pesantren, Ekonomi-Agribisnis dan Entrepreneurship buat saya
tergolong spesial. Hal ini karena sangat jarang sebuah pembicaraan menyangkut
pesantren dan kewirausahaan terhubung dengan masalah pertanian.
Mulanya direncanakan panitia pembicara
dalam acara itu ialah KH Fuad Affandi (pengasuh pondok pesantren Al-Ittifaq
Ciwidey Bandung), Dr Faisal Basri (pengamat Ekonomi) dan Faiz Manshur selaku
penulis buku biografi KH Fuad Affandi. Sayangnya, KH Fuad berhalangan mendadak
(menurut panitia) dan mewakilkan salahsatu santrinya (Ustad Ahmad Syahid) untuk
berbicara.
Buku Entrepreneur Organik dengan subjudul "Rahasia Sukses K.H Fuad
Affandi Bersama Pesantren dan Tarekat Sayuriah-nya” menurut saya memang unik.
isinya mengisahkan perjuangan KH Fuad affandi dalam memperjuangkan kehidupan
santri dan nasib kaum tani.
Keunikannya terletak pada dua hal,
yaitu pada sosok tangguh Kiai Fuad dan juga gaya penulisannya yang khas dengan tutur
cerita. Kalau biasanya membaca biografi orang yang tidak pernah dikenal
sebelumnya terasa kurang intim bahkan males, membaca buku Entrepreneur Organik akan lain rasanya. Letak kelebihannya pada
cara bertutur dengan reportase dan data yang kuat.
Dengan data yang kuat itu kita menjadi
merasakan mendapatkan pengalaman faktual yang melimpah. Sedangkan dari sisi
bahasa, penuturannya sangat baik, kaya akan istilah serta penjelasan detail
sehingga kita mendapatkan kenikmatan tersendiri saat menyusuri sepak terjang
sang tokoh. Seperti cerita silat, kita akan dibuat terus untuk mengikuti
jalannya cerita dari awal hingga akhir.
Pada akhirnya dari buku itu kita bisa
disadarkan secara mendadak bahwa ternyata kehidupan kaum tani yang selama ini
dekat dengan kita memang butuh perhatian khusus.
Faisal Basri sebagai pembicara saya
anggap di luar dugaan saat mengapresiasi buku itu. Sebab, biasanya narasumber
terkadang kurang serius menguasai buku setebal 392 halaman itu ternyata Faisal
begitu jeli melihat sisi-sisi terdalam dari buku.
"Buku ini sangat bagus. Ditulis dengan
alur cerita yang baik sehingga kita mengenal sisi mendalam. Fakta-fakta ditulis
sehingga kita mendapatkan masukan berharga. Foto-foto yang disertakan juga
membuat kita mengetahui potret kehidupan yang diuraikan. Saya merasa
akhir-akhir ini mendapat anugrah dari Tuhan karena bisa silaturahmi dengan
orang-orang hebat. Sekalipun Pak Kiai Fuad tidak jadi hadir tetapi saya merasa
terhormat dengan kesempatan ini. Buku seperti ini sangat penting disebar
luaskan agar kita mendapatkan pelajaran berharga dari Pak Kiai Fuad," kata
Faisal serius.
Faisal Basri bahkan menyarankan agar
Faiz Manshur yang dianggap mahir dan cepat menulis itu berkenan menuliskan
sosok-sosok lain dari daerah yang kontribusinya luar biasa bagi bangsa. "Sebenarnya di Indonesia ini banyak orang hebat
yang kontribusinya luar biasa tetapi terabaikan. Dengan publikasi seperti ini
masyarakat menjadi tahu dan harapan kita ialah mampu mengambil ruh atau substansi
dari pergerakan yang dilakukan orang hebat itu," ujarnya.
Sebelumnya, Faiz Manshur sebagai
penulis buku itu menyatakan bahwa tujuan penulisan buku itu murni sebagai
apresiasi terhadap apa yang telah dilakukan Kiai Fuad untuk membangun
masyarakat di sekitar pesantren Al-Ittifaq. Kelebihan Kiai Fuad salahsatunya
ialah mampu berjuang dalam dua sisi, yakni sebagai tokoh kultural dalam bidang
agama sekaligus sebagai pejuang kaum tani.
“Entrepreneur Organik yang saya
istilahkan begitu bukan merujuk pada wirausahawan dalam pertanian organik,
apalagi pupuk organik, melainkan wirausahawan organik yang dibedakan dengan
wirausahawan murni dan wirausahawan sosial. Saya membuat istilah sendiri yang
kami turunkan dari pengertian intelektual-organik dari Antonio Gramscy,"
ujarnya.
Menurutnya, entrepreneur-organik ini berbeda dengan social-entrepreneur karena
seseorang yang masuk kategori ini berjuang bersama masyarakat sejak awal.
Sedangkan entrepreneur-sosial biasanya lebih bersifat karikatif, atau sukses
dulu baru berkontribusi bagi masyarakat.
Sementara Ahmad Syahid yang berbicara
atas nama Kiai Fuad menjelaskan beberapa hal tentang proses perjuangan dan
prinsip-prinsip hidup gurunya. Salahsatu hal yang menarik ialah bahwa Kiai Fuad
sejak awal memimpikan para santri yang tinggal di asrama pondok tidak perlu
mengandalkan biaya oran gtua,
alias mandiri.
Maka untuk menjadi mandiri itulah Kiai
Fuad mendidik santrinya bertani dan mengaji sebagai dua kegiatan bersama.
Keinginan itu sekarang terwujud. Bahkan bukan hanya terwujud pada ratusan
santri melainkan juga bagi ratusan bahkan ribuan kaum tani di sekitar pesantren
yang menginduk kepada koperasi pondok pesantren Al-Ittifaq.
Syahid juga menyampaikan pesan, bagi
peserta yang merasa kurang puas atas penjelasan perwakilannya ini bisa
silaturahhmi langsung ke Al-Ittifaq menemui Kiai Fuad. “Beliau selalu terbuka
kepada tamu, tak akan ditanya agamanya apa, golongannya apa. Bahkan peserta
pelatihan pertanian pun sering beragama non muslim," pesannya.
Sebagian peserta mengapresiasi buku itu
memang memiliki nilai lebih dan banyak yang menyarankan agar buku itu beredar
luas, di baca pejabat publik, kaum tani dan masyarakat pesantren. Salahsatu ide
yang sedang digagas muncul dari Bapak Oman Abdulrahman dari Balai Besar
Pertanian Lembang Bandung. “Kami sedang mencanangkan gera kan entrepreneurship
bagi pesantren. Ide kami adalah mencetak 1.000 Kiai Fuad di seribu pesantren.
Saya kira buku ini bisa menjadi bagian penting untuk menuju ke arah sana ,” ujarnya.
Dedi
Hidayat. Alumni Pertanian Unpad Bandung .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar