26.1.10

Membedah Kiprah Entrepreneur Organik


Senin (25 Januari 2010) lalu saya mendapatkan sebuah pesona di kota Bandung, tepatnya di Kantor Redaksi Harian Pikiran-Rakyat. Tentu bukan pesona taman wisata atau sejuknya kota Bandung yang memang tidak seasri dulu. 
Acara seminar bedah buku Pesantren, Ekonomi-Agribisnis dan Entrepreneurship buat saya tergolong spesial. Hal ini karena sangat jarang sebuah pembicaraan menyangkut pesantren dan kewirausahaan terhubung dengan masalah pertanian.
Mulanya direncanakan panitia pembicara dalam acara itu ialah KH Fuad Affandi (pengasuh pondok pesantren Al-Ittifaq Ciwidey Bandung), Dr Faisal Basri (pengamat Ekonomi) dan Faiz Manshur selaku penulis buku biografi KH Fuad Affandi. Sayangnya, KH Fuad berhalangan mendadak (menurut panitia) dan mewakilkan salahsatu santrinya (Ustad Ahmad Syahid) untuk berbicara.
Para peserta terasa agak kecewa karena Pak Kiai nyentrik itu tidak hadir. Namun ketidakhadiran beliau bukan berarti mengecewakan sepenuhnya sebab dua hal lain, yaitu buku dan narasumber Bung Faisal Basri menjadi obat yang cocok untuk menggantinya.
Buku Entrepreneur Organik dengan subjudul "Rahasia Sukses K.H Fuad Affandi Bersama Pesantren dan Tarekat Sayuriah-nya” menurut saya memang unik. isinya mengisahkan perjuangan KH Fuad affandi dalam memperjuangkan kehidupan santri dan nasib kaum tani.
Keunikannya terletak pada dua hal, yaitu pada sosok tangguh Kiai Fuad dan juga gaya penulisannya yang khas dengan tutur cerita. Kalau biasanya membaca biografi orang yang tidak pernah dikenal sebelumnya terasa kurang intim bahkan males, membaca buku Entrepreneur Organik akan lain rasanya. Letak kelebihannya pada cara bertutur dengan reportase dan data yang kuat.
Dengan data yang kuat itu kita menjadi merasakan mendapatkan pengalaman faktual yang melimpah. Sedangkan dari sisi bahasa, penuturannya sangat baik, kaya akan istilah serta penjelasan detail sehingga kita mendapatkan kenikmatan tersendiri saat menyusuri sepak terjang sang tokoh. Seperti cerita silat, kita akan dibuat terus untuk mengikuti jalannya cerita dari awal hingga akhir.
Pada akhirnya dari buku itu kita bisa disadarkan secara mendadak bahwa ternyata kehidupan kaum tani yang selama ini dekat dengan kita memang butuh perhatian khusus.
Faisal Basri sebagai pembicara saya anggap di luar dugaan saat mengapresiasi buku itu. Sebab, biasanya narasumber terkadang kurang serius menguasai buku setebal 392 halaman itu ternyata Faisal begitu jeli melihat sisi-sisi terdalam dari buku.
"Buku ini sangat bagus. Ditulis dengan alur cerita yang baik sehingga kita mengenal sisi mendalam. Fakta-fakta ditulis sehingga kita mendapatkan masukan berharga. Foto-foto yang disertakan juga membuat kita mengetahui potret kehidupan yang diuraikan. Saya merasa akhir-akhir ini mendapat anugrah dari Tuhan karena bisa silaturahmi dengan orang-orang hebat. Sekalipun Pak Kiai Fuad tidak jadi hadir tetapi saya merasa terhormat dengan kesempatan ini. Buku seperti ini sangat penting disebar luaskan agar kita mendapatkan pelajaran berharga dari Pak Kiai Fuad," kata Faisal serius.
Faisal Basri bahkan menyarankan agar Faiz Manshur yang dianggap mahir dan cepat menulis itu berkenan menuliskan sosok-sosok lain dari daerah yang kontribusinya luar biasa bagi bangsa.  "Sebenarnya di Indonesia ini banyak orang hebat yang kontribusinya luar biasa tetapi terabaikan. Dengan publikasi seperti ini masyarakat menjadi tahu dan harapan kita ialah mampu mengambil ruh atau substansi dari pergerakan yang dilakukan orang hebat itu," ujarnya.
Sebelumnya, Faiz Manshur sebagai penulis buku itu menyatakan bahwa tujuan penulisan buku itu murni sebagai apresiasi terhadap apa yang telah dilakukan Kiai Fuad untuk membangun masyarakat di sekitar pesantren Al-Ittifaq. Kelebihan Kiai Fuad salahsatunya ialah mampu berjuang dalam dua sisi, yakni sebagai tokoh kultural dalam bidang agama sekaligus sebagai pejuang kaum tani.
“Entrepreneur Organik yang saya istilahkan begitu bukan merujuk pada wirausahawan dalam pertanian organik, apalagi pupuk organik, melainkan wirausahawan organik yang dibedakan dengan wirausahawan murni dan wirausahawan sosial. Saya membuat istilah sendiri yang kami turunkan dari pengertian intelektual-organik dari Antonio Gramscy," ujarnya.
Menurutnya, entrepreneur-organik ini berbeda dengan social-entrepreneur karena seseorang yang masuk kategori ini berjuang bersama masyarakat sejak awal. Sedangkan entrepreneur-sosial biasanya lebih bersifat karikatif, atau sukses dulu baru berkontribusi bagi masyarakat.
Sementara Ahmad Syahid yang berbicara atas nama Kiai Fuad menjelaskan beberapa hal tentang proses perjuangan dan prinsip-prinsip hidup gurunya. Salahsatu hal yang menarik ialah bahwa Kiai Fuad sejak awal memimpikan para santri yang tinggal di asrama pondok tidak perlu mengandalkan biaya orangtua, alias mandiri.
Maka untuk menjadi mandiri itulah Kiai Fuad mendidik santrinya bertani dan mengaji sebagai dua kegiatan bersama. Keinginan itu sekarang terwujud. Bahkan bukan hanya terwujud pada ratusan santri melainkan juga bagi ratusan bahkan ribuan kaum tani di sekitar pesantren yang menginduk kepada koperasi pondok pesantren Al-Ittifaq.
Syahid juga menyampaikan pesan, bagi peserta yang merasa kurang puas atas penjelasan perwakilannya ini bisa silaturahhmi langsung ke Al-Ittifaq menemui Kiai Fuad. “Beliau selalu terbuka kepada tamu, tak akan ditanya agamanya apa, golongannya apa. Bahkan peserta pelatihan pertanian pun sering beragama non muslim," pesannya.
Sebagian peserta mengapresiasi buku itu memang memiliki nilai lebih dan banyak yang menyarankan agar buku itu beredar luas, di baca pejabat publik, kaum tani dan masyarakat pesantren. Salahsatu ide yang sedang digagas muncul dari Bapak Oman Abdulrahman dari Balai Besar Pertanian Lembang Bandung. “Kami sedang mencanangkan gerakan entrepreneurship bagi pesantren. Ide kami adalah mencetak 1.000 Kiai Fuad di seribu pesantren. Saya kira buku ini bisa menjadi bagian penting untuk menuju ke arah sana,” ujarnya.
Dedi Hidayat. Alumni Pertanian Unpad Bandung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entrepreneur Organik

Foto saya
Buku Entrepreneur Organik adalah sebuah kisah nyata perjalanan hidup seorang Ulama dari kaki Gunung Patuha dalam memperjuangkan kesejahteraan kaum tani meraih melalui agribisnis. Ia seorang entrepreneur, tetapi bukan entrepreneur murni yang mengejar kekayaan pribadi, juga bukan seorang entrepreneur sosial yang semata mendermakan sebagian kekayaannya untuk orang lain. Ia adalah Entrepreneur Organik; seorang pelaku usaha yang mampu memimpin rakyat melalui perjuangan bersama dalam tiga hal sekaligus, yakni pemberdayaan, pendidikan dan ekonomi. Lebih 30 tahun berjuang, kini Fuad menjadi salahsatu manusia unik di Indonesia. Siapapun patut belajar darinya.